RottenTomatoes: 91% | IMDb: 7,4/10 | Metascore: 72/100 | NikenBicaraFilm: 4,5/5
Rated : R | Genre: Adventure, Action
Directed by James Gunn ; Written by James Gunn ; Based on Characters from DC ; Produced by Charles Roven, Peter Safran ; Starring Margot Robbie, Idris Elba, John Cena, Joel Kinnaman, Sylvester Stallone, Viola Davis, David Dastmalchian, Daniela Melchior, Michael Rooker, Jai Courtney, Peter Capaldi, Alice Braga, Pete Davidson ; Cinematography Henry Braham ; Edited by Fred Raskin, Christian Wagner ; Music by John Murphy ; Production companies DC Films, Atlas Entertainment, The Safran Company ; Distributed by Warner Bros. Pictures ; Release date July 30, 2021 (United Kingdom), August 5, 2021 (United States) ; Running time 132 minutes ; Country United States ; Language English ; Budget $185 million
Hal terbaik yang terjadi pada James Gunn mungkin adalah kala ia direkrut untuk menyutradarai Guardians of The Galaxy (2014). Sejauh ini, GoTG adalah film superhero nomor satu di hati saya. Kocak, menghibur, fresh, dan soundtracknya asyik. Jangan lupa juga fakta bahwa lewat GoTG, James Gunn berhasil memperkenalkan karakter Marvel yang sebelumnya ga terkenal jadi populer. Lalu hal terbaik kedua yang terjadi pada Gunn adalah saat ia dipecat oleh Disney karena kasus candaan twitternya di masa lalu. Terdengar seperti nasib buruk kala itu, tapi pemecatan ini kemudian membuat James Gunn direkrut Warner Bros untuk menggarap The Suicide Squad, dan ini bikin saya excited mengingat Suicide Squad-nya David Ayer tahun 2016 begitu mengecewakan. Pada akhirnya, syukur Disney udah sadar bahwa mereka bisa "memaafkan" James Gunn, dan akhirnya kembali mendapuknya untuk melanjutkan proyek GoTG vol 3.
The Suicide Squad tampaknya menjadi kesempatan James Gunn mengeluarkan sisi liar dan nakalnya yang mungkin tidak kesampaian di GoTG. Dua film James Gunn sebelum GoTG adalah Slither dan Super. Slither adalah film body horror ala B movie yang bikin kamu memaki-maki saking menjijikkan dan konyolnya monster dalam filmnya, sementara Super adalah film komedi superhero dengan lelucon kasar dan vulgar. Menilik 2 film pertamanya ini, The Suicide Squad tampaknya adalah tipikal film superhero yang memang ditakdirkan sedari awal untuk digarap oleh James Gunn. Untungnya pula James Gunn juga diberi kebebasan oleh Warner Bros, hal yang konon katanya tidak ia dapatkan saat bekerjasama dengan Marvel/Disney. Hasilnya? The Suicide Squad adalah film superhero (villain ding) yang.. super keren.
Saya ga akan banyak bahas hal-hal yang mungkin sudah sering kamu baca dari review lain. Kurang lebih saya sepakat dengan review positif yang ada. The Suicide Squad tampil begitu menghibur. Lelucon dan komedi khas James Gunn hampir selalu tepat sasaran dan bikin ngakak. Dengan rated R, Gunn juga bebas melakukan banyak hal. Adegan berdarah disampaikan dengan frontal: tubuh ancur, kepala terpotong, badan terbelah, kepala meledak. Saya kebayang James Gunn di meja kerjanya, mengerjakan naskahnya sambil ketawa cekikikan memikirkan siapa yang akan mati di film ini dan bagaimana cara matinya (gimanapun, judulnya aja udah Suicide Squad). Sepuluh menit pertama The Suicide Squad sungguh adalah bagian terbaik film ini. Jangan lupa hal menarik lainnya: soundtrack-nya yang super asyik. Dan James Gunn tahu banget bagaimana menempatkan setiap lagunya.
Nah, sekarang mari kita bahas lebih detail apa yang bikin The Suicide Squad versi James Gunn (selanjutnya saya singkat TSS) menurut saya adalah film yang bagus dan jauh lebih superior dibanding pendahulunya Suicide Squad versi Ayer (saya singkat SS). Membandingkan keduanya seperti jadi pelajaran bagus buat siapa aja yang pengen belajar gimana cara bikin naskah film yang baik. Dan jangan lupa, ini adalah Spoiler review.
CHARACTER
Saya keinget pas trailer SS pertama kali muncul, gimana orang begitu antusias dengan kemungkinan munculnya film superhero yang protagonisnya sekumpulan villain. Kala itu orang sudah jenuh dengan jagoan-jagoan konservatif ala Superman atau Captain America. Terbukti gimana saat itu Deadpool jadi idola baru. Tapi lalu, SS gagal memunculkan karakter yang... beneran jahat. Menyedihkan sekali nonton SS versi Ayer, dimana para jagoan berusaha tampil "jahat" hanya mengandalkan line-line seperti "We're a bad guy. This is what we do!". Ayer kayak kesulitan mewujudkan tokoh jahat sebagai protagonis itu harusnya bagaimana (sama seperti... Joker-nya Todd Phillips?). Pendekatan filmnya juga lebih melodramatis dan mellow dengan fokus pada kisah sedih Deadshot dengan anaknya, Harley Quinn dengan Joker, atau nasib tragis El Diablo.
Ini yang kemudian berhasil dilakukan dengan gemilang oleh James Gunn di TSS. Ia tahu gimana cara memunculkan karakter-karakter utama yang.... brengsek. Brengsek, tapi somehow masih tetap likeable. Ini juga sesuai dengan mood keseluruhan filmnya yang emang sengaja dibikin ga serius dan rada konyol. Kesan jagoan bandel dan bajingan yang sama sekali ga muncul di SS 2016 ada di sini. Coba perhatikan gimana Gunn mengubah relationship ayah-anak Blodsport dengan anak perempuannya. Iyes, si Blodsport (Idris Elba) deep down inside tetep peduli ama anaknya, tapi dia jelas bukan "father of the year" yang bahkan usia anaknya aja ga inget. Hal ini beda banget dengan hubungan Deadshot dan anak ceweknya di SS yang ditampilkan melodramatis. Satu contoh lagi, yang bahkan secara efektif uda muncul di satu menit pertama, ketika Savant (Michael Rooker) dengan teganya membunuh seekor burung yang lucu. Kurang brengsek apa coba?
James Gunn juga berhasil membuat setiap karakternya hidup, bahkan karakter-karakter minor sekalipun seperti anak buah Waller atau karakter tim satu yang pada mati di 10 menit pertama. Hal ini ia lakukan lewat kostum yang sedikit konyol dan mencolok, pemilihan tokoh yang unik, hingga memberikan jokes pada beberapa karakternya. Apa yang terjadi pada tim satu Task Force X juga seperti menunjukkan apa yang bakalan terjadi pada tim beranggotakan sekumpulan penjahat: ada yang membelot ke musuh, ada yang main serang sendiri, dan ada yang kabur.
Pada tokoh-tokoh utamanya pun, Gunn juga tidak berat sebelah, berbeda dengan SS yang terlalu fokus pada sosok Harley Quinn. Gunn memberikan setiap tokohnya karakterisasi yang baik, momen-momen kuat (entah lewat lelucon atau unjuk kekuatan), dan backstory. Bloodsport sebagai leader yang keras dan tangguh tapi takut tikus, Peacemaker yang arogan dengan komentarnya yang selalu konyol, King Shark yang imut tapi suka makan manusia, Ratcatcher 2 dengan sifatnya yang manis dan hobi tidurnya, hingga Polkadotman yang punya mother issue dan tampil melas dengan suicidal thought-nya. Kamu tahu tanda bagaimana karakterisasi sebuah film dengan banyak tokoh berhasil? Ketika kamu sulit memilih siapa karakter favoritmu. Dan saya kesulitan memilih siapa karakter favorit saya di film ini.
DINAMIKA TIM
Selain karakterisasi, hal penting lainnya adalah memunculkan dinamika sebuah tim. Gimana interaksi masing-masing anggotanya, gimana mereka get along (adegan pas mereka bersantai di gentleman's club adalah momen dimana mereka rukun), gimana mereka berantem, hingga gimana mereka bekerjasama menghabisi lawan. Dinamika ini juga berhasil ditampilkan James Gunn. Perhatikan gimana adu kekuatan antara dua alpha male Bloodsport dan Peacemaker, hubungan pertemanan King Shark dan Ratcatcher, hubungan Flag dan Harley Quinn (yang kayaknya merujuk ke SS pertama?), atau jalinan kedekatan emosional antara Bloodsport dan Ratcatcher 2. Dinamika ini yang bikin jalinan cerita TSS menjadi menarik dan makin menguatkan karakter masing-masing. Keberhasilan James Gunn di film GoTG berhasil ia lakukan ulang di sini.
PESAN MORAL
Yang saya kagumi dari James Gunn juga adalah ia berhasil menyisipkan "hati" pada filmnya. GoTG adalah tentang keluarga, lima orang kesepian yang akhirnya menemukan keluarga baru. GoTG pertama juga adalah tentang kisah ibu dan anak, sementara GoTG kedua menyoroti hubungan Yondu dan Starlord sebagai ayah dan anak. Di TSS, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah interview, hati dan moral compass film ini adalah Ratcatcher 2. Ia yang punya hati paling baik dan tulus, sedikit kenaifan yang bikin kita sayang. TSS adalah tentang sekelompok tim penjahat, sampah masyarakat, namun sebagaimana diungkapkan oleh sang ayah Ratcacher (diperankan Taika Waititi) tentang hewan tikus, "Rats are the lowliest and most despised of all creatures. If they have purpose, so do we all.". Well there you go. A great motivation for us. Saya rasa ini momen yang paling menyentuh kita semua, bahwa terlepas bagaimanapun diri kita, kita punya tujuan dan berguna. Saya rasa momen ini juga mengamplifikasi kebahagiaan Polkadotman saat ia menyadari bahwa ia seorang superhero (sebelum mati mengenaskan dihantam Starro).
Saya bahkan juga terkesan dengan kalimat yang diungkapkan Starro (si alien bintang laut raksasa yang sejujurnya adalah tipikal villain paling aneh yang pernah ada di film superhero), ketika menjelang ajalnya, "I was happy, floating, starring at the stars". Kalimat ini mengungkapkan bahwa Starro pada awalnya hanyalah alien yang lagi santai-santai menikmati alam di luar angkasa, beneran ga ada maksud jahat apa-apa, sampai akhirnya ia ditemukan dan dieksploitasi oleh manusia. Jadi, siapa yang sebenarnya jahat di sini? (Btw cara kerja monster Starro ini mengingatkan saya dengan monster di film Slither, tapi Starro jauh lebih cute).
PEACEMAKER
Hal menarik lainnya yang bisa kita lihat juga adalah karakter Peacemaker (John Cena). Karakternya adalah sebuah kontradiksi: "I cherish peace with all my heart. I don't care how many men, women, children, I need to kill to get it". Uwow, ternyata untuk mencapai kedamaian, kita butuh kekerasan. Pas awalnya John Cena ngomong sih terdengar seperti lelucon, tapi kalo dipikirkan secara serius dan sedikit pragmatis, dan ia bisa jadi ada benarnya, ini adalah hal yang sangat ironis dan menakutkan. Karakter Peacemaker yang loyal membabi buta juga pada akhirnya menimbulkan perpecahan dengan Flag, dimana Flag menolak jadi boneka negaranya karena berlawanan dengan moral dan hatinya. Bagi saya, momentum ini juga merupakan sindiran politis bagi U.S., yang sering bertingkah sebagai "penjaga kedamaian dunia" namun sebenarnya hanya mengutamakan kepentingannya sendiri. Amanda Waller (Viola Davis) mungkin adalah kriminal sesungguhnya di sini, tapi karena ia ada di kubu loyalis negara, ia akan dianggap pahlawan.
Saya rasa kontradiksi karakter Peacemaker yang menarik ini yang mungkin membuat Peacemaker akhirnya dibikin spin off seriesnya. Ia mungkin versi realistis dari superhero dengan kode etik moral tertentu semacam Batman. Dan kabarnya James Gunn pula yang menggarap seriesnya. Yes!
"Peacemaker? What a joke."
KEKURANGAN THE SUICIDE SQUAD
Bagi saya titik lemah film ini adalah keseruannya mulai menurun di bagian pertengahan film ini. James Gunn kurang bisa menjaga momentumnya. Mungkin karena TSS dimulai dengan begitu asyik dan sadis di sepuluh menit pertamanya, sehingga otomatis ekspektasi saya meningkat dan mengharapkan akan dapat kejutan lebih gila lagi, dan sayangnya saya ga mendapatkan itu. Bahkan bagian endingnya, jika dibandingkan dengan kegilaan di 10 menit pertama, sama sekali ga bisa melampauinya.
Dan entahlah, subplot soal Harley Quinn (Margot Robbie) buat saya juga agak ga perlu. Mungkin kisahnya hanya diperlukan sekedar sebagai character journey, untuk menunjukkan bahwa ia kini sudah waras dan ga mau berada di toxic relationship lagi.
Overview:
The Suicide Squad jauh lebih unggul daripada pendahulunya karena beberapa alasan: karakterisasi yang lebih baik, cerita yang lebih solid, dan script yang lebih bagus. Sisi fun TSS jelas ada pada karena film ini berusaha untuk konyol dan tidak serius dengan segala lelucon dan level kesadisannya, tapi tetap punya hati dan pesan moral yang menarik. Sepuluh menit pertama film ini adalah bagian terbaiknya, yang sayangnya justru membuat keseruan filmnya dari pertengahan hingga akhir terasa sedikit antiklimaks.