Halo. Kembali lagi dengan rubrik khusus dari nikenbicarafilm, Belajar Hidup Dari Film. Kali ini, mari kita belajar tentang cinta dan bagaimana menjalin hubungan yang baik dari film Dilan 1990. Mungkin kalian bertanya-tanya: really? Dilan 1990?
Jadi demi apa suatu sore saya menonton Dilan 1990. Salah satu film Indonesia paling populer tahun 2018 ini, dan mungkin paling populer yang pernah ada, dan terbukti telah membuat banyak perempuan terklepek-klepek mendengar rayuan manis dari Dilan (diperankan oleh Iqbaal, mantan personel CJR). Walaupun Dilan 1990 adalah film yang begitu populer, tapi di balik kepopulerannya film ini juga punya haters yang cukup militan (kemungkinan sih cowok-cowok yang merasa tersaingi dengan kesempurnaan Dilan).
Saya sendiri sih bukan haters, tapi saya merasa Dilan 1990 ini..... gombal sekali. Terlalu banyak kekurangan yang bikin saya gemas-gemas nyinyir saat menontonnya. Saya ini romantis melankolis, dan saya suka dengan film-film romantis cheesy yang terkadang lebih tidak masuk akal dibandingkan film science-fiction, tapi saya merasa keseluruhan film Dilan ini.... buruk sekali. Sorry. Dilan 1990 ini tak lebih dari sketsa episode demi episode Dilan menggombali Milea. Saya tahu Dilan 1990 memang bukan film penuh "konflik", namun seharusnya bisa digarap dengan lebih menarik dan kuat lagi, dan tidak digarap dengan asal, dangkal, awkward, dan cheesy. Kualitasnya buat saya tak jauh dari film-film sekelas FTV. Anyway, saya tidak tahu apakah filmnya begini karena source material-nya (novelnya) memang juga sama "sederhana"-nya, karena saya belum baca novelnya.
Oh well ~ tapi saya tidak ingin mereview Dilan 1990 terlalu jauh. Mari kita bahas aja soal cinta dan hubungan keduanya saja, dan kenapa hubungan mereka tidak se so-sweet yang mungkin kalian pikirkan. Yak, saya hadir di sini untuk merusak khayalanmu tentang keromantisan Dilan dan Milea.
Sebelumnya, mungkin setelah membaca ini kalian akan melakukan pembelaan bahwa Milea dan Dilan adalah sepasang remaja ABG anak SMA, dan beberapa hal yang akan saya bahas di bawah ini dianggap terlalu "dewasa" untuk umur mereka. Iya, emang bener sih. Tapi poinnya bukan ada pada itu, namun mari kita belajar bareng-bareng soal cinta dan bagaimana menjalin hubungan dari percintaan keduanya.
1. MENCINTAI DILAN
Dilan adalah gambaran cowok sempurna yang diidam-idamkan perempuan. Malah lebih sempurna dari Rangga (Nicholas Saputra) di Ada Apa Dengan Cinta. Dilan adalah Manic Pixie Dream Boy, sementara Rangga... tidak terlalu. Rangga di film AADC menurut saya punya karakter yang lebih kompleks dan real. Ia ganteng, puitis, dan tatapan tajamnya membuat jantung kita berdebar-debar, tapi kita tahu ia sedikit kasar dan terus terang saat bicara, pendiam, dan tidak terlalu mahir bergaul. Terlepas dari kekurangannya, toh Cinta tetap jadi jatuh cinta sama Rangga.
Sementara Dilan punya karakter nyaris sempurna: ia manis, pintar memuji dengan cara yang unik, jago berkelahi, anarko (karena berani melawan penguasa, dalam hal ini gurunya sendiri, wow!), selera musik bagus (at least berdasarkan poster yang ia pasang di kamarnya, tampaknya ia mendengarkan Rolling Stones - selera yang cukup lawas untuk anak SMA di tahun 90an), berselera humor tinggi, anggota genk motor, pintar, penuh percaya diri, dari keluarga baik-baik nan harmonis (kalo Milea bener jadi dengan Dilan, Milea tidak akan punya masalah dengan mama mertuanya) dan disukai teman-temannya. Ia juga Manic Pixie Dream Boy, karena kehadirannya hanyalah untuk membahagiakan Milea: menggombalinya, menelponnya di saat yang selalu tepat, mengirim tukang pijit ke rumah Milea, rela ga berantem demi Milea, dan rela berantem demi Milea. Sungguh kehadirannya hanya menyenangkan sang protagonis. (Baca artikel saya lebih lanjut tentang Manic Pixie Dream Girl).
Namun, benarkah Dilan adalah cowok sempurna? Mari kita telaah sifat-sifatnya yang tidak terlalu terlihat di permukaan. Yang paling mencolok, di mata saya Dilan punya anger management issue. Oke awalnya keren sih, karna kelihatannya dia berani melawan kepada yang jahat-jahat: Anhar (cowok bandel yang ga sengaja menampar Milea) atau gurunya - Bapak Suripto - yang menampar Dilan. Tapi, di sisi lain Dilan juga berani lebih dulu untuk menantang gurunya (termasuk kepala sekolahnya?), ia anggota genk motor (jabatannya panglima tempur pula!), dan tampaknya lumayan akrab dengan kekerasan. Dan cukup menarik bahwa background keluarga Dilan tampak baik-baik saja, jadi entah apakah emotional problem-nya berasal dari ayahnya yang sosoknya tidak terlihat di film ini.
Lalu, Dilan kelihatannya cowok yang dominan dan tampak menguasai semua orang. Ia bahkan menyuruh teman sebangku Milea untuk minggir agar ia bisa duduk di sebelah Milea saat di dalam kelas, dan menyuruh teman Milea untuk bergeser dari tempat berbaris saat upacara bendera untuk bisa berdiri dekat Milea. Bagi Milea ini kelihatan romantis, tapi bagi saya aksi yang dilakukan Dilan ini nggak sopan dan semena-mena. Belum lagi ketika ia menjadikan lomba cerdas cermat sebagai panggung pertunjukan komedi kecilnya sendiri, tanpa peduli pendapat kawan satu timnya (yang mungkin mengikuti cerdas cermat dengan serius).
Menjadikan Dilan sebagai kekasih tentu saja penuh dengan resiko. Dilan adalah seorang bad boy: tak ada yang lebih hot dari melihat bad boy bertekuk lutut kepada kita, dan tak ada yang lebih romantis daripada melihat kekasih bad boy kita hanya setia kepada kita, dan rela berubah demi kita. Ini klasik sekali! Namun saya tidak yakin "bad boy" semacam ini ada beneran atau enggak. Kualitas bad boy yang jago berkelahi sekaligus romantis (atau dalam hal ini, pandai menggombali perempuan dengan kata-kata manis) adalah kualitas alpha male yang biasanya adalah pria dengan testosteron tinggi. Dan penelitian menunjukkan bahwa pria dengan testosteron tinggi cenderung lebih tidak setia daripada mereka dengan testosteron lebih rendah. Maka kualitas jago berkelahi dan romantis biasanya tidak disertai dengan kualitas monogami. Saya tidak hendak mengatakan bahwa cowok bad boy romantis yang setia itu tidak ada, tapi saya sendiri di dunia nyata sih nggak mau mengambil resiko itu. (Dan untungnya entah bagaimana saya selalu tertarik dengan cowok yang penampilannya doank bad boy tapi dalamnya seperti Ron Weasley atau Peeta Mellark... dan yaaa... saya ga pernah masuk radar perhatian cowok-cowok bad boy juga sih).
Anyway, bagi perempuan sebenarnya tidak ada yang lebih tersanjung daripada diperebutkan laki-laki. Dan menyenangkan ketika ada cowok yang rela berbuat kasar demi kita seorang. Oh, macho sekali! Tapi ketahuilah ini adalah hasrat tribal perempuan. Sungguh desir hasrat perempuan diperebutkan lelaki-lelaki bad boy serupa dengan anjing laut betina yang senang kala ada dua anjing laut jantan memperebutkannya.
2. MENCINTAI MILEA
Milea (diperankan oleh Vanesha Prescilla) adalah gadis manis dan baik hati. Bagi saya karakternya di film ini lebih satu dimensi lagi dibandingkan karakter Dilan, sehingga sebenarnya agak sulit membaca karakternya seperti apa. She's sweet little girl, people love her, and that's all.
Berikut ini saya jelaskan bahwa mencintai Milea dan mendekatinya, juga punya resiko.
Pertama, Milea cantik dan ditaksir banyak cowok (di film ini aja cowok-cowok yang naksir Milea ada empat orang). Sungguh ini persaingan yang ketat untuk memperebutkan hatinya. Cowok-cowok yang "levelnya" di bawah Milea dan cowok-cowok lain yang mendekati Milea, siap-siap saja untuk minggir daripada terlibas karena persaingan yang sengit!
Kedua, tampaknya Milea memiliki selera atau tipe cowok spesifik. Pacar Milea sebelumnya, Beni, bisa jadi kasar dan posesif... namun kalo dipikir-pikir sebenarnya sifatnya ga jauh beda sama Dilan. Mungkin, Beni bisa sekasar itu karena posisinya yang sudah jadi pacar Milea dan merasa posesif karena tahu ceweknya cakep banyak yang ngedeketin. Sementara Dilan, berhubung belum jadi pacar Milea, jadi kita belum tahu sifat-sifat jeleknya (iya lah semua kalo pas pedekate mah keliatan baik-baiknya aja!) Tapi Beni dan Dilan punya kesamaan: bad boy, kasar, dan suka puisi (biarpun Beni memplagiat puisinya Kahlil Gibran doank). Secara fisik tampaknya tipe cowok Milea juga yang agak rebel. Makanya Milea tidak tertarik dengan Nandan dan Kang Adi, yang tampaknya adalah tipe pria-pria "baik-baik" dan konservatif. Entah apakah mungkin ini ada hubungannya dengan bapak Milea yang seorang tentara?
Ketiga, sebagai perempuan cantik yang ditaksir banyak orang dan sudah punya pacar, Milea bukan cewek yang tegas. Walaupun sudah punya pacar, cowok yang mendekati Milea tetap banyak. Alasannya bisa jadi karena: satu, para cowok-cowok itu aja yang ngotot ngedeketin Milea biarpun tahu Milea sudah punya pacar, atau dua: Milea sendiri yang tidak pernah tegas memberitahukan ke semua orang kalau dia sudah punya pacar. Mungkin ini resiko cewek cantik: disukai banyak cowok jadi bingung bagaimana menolaknya. Tapi Milea buat saya sendiri "membuka peluang" kepada cowok-cowok yang mendekatinya, karena dari awal tidak tegas bilang kalau ia sudah punya pacar. Maka bayangkan jika dirimu punya cewek seperti Milea yang tidak tegas dan terbuka terhadap perhatian cowok-cowok (atau khususnya cowok-cowok yang secara spesifik tipe cowok sukaannya seperti Dilan), tidakkah dirimu akan khawatir?
3. PENDEKATAN DILAN KEPADA MILEA
Berikutnya, apakah menurutmu bagaimana Dilan mendekati Milea adalah sesuatu yang romantis? Mari saya jelaskan bahwa romantis dan creepy sebenarnya beda tipis.
Ada salah satu episode dari sitkom How I Met Your Mother yang saya cukup ingat, tentang bedanya antara romantis dan creepy. Perbedaannya tergantung siapa yang mendekati kita. Kalau kita suka orangnya, maka terasa romantis. Kalau kita tidak suka orangnya, maka akan terasa creepy.
Maka bayangkan apa yang dilakukan Dilan kepada Milea dilakukan oleh orang yang tidak kita sukai. Semuanya akan terasa horror - kurang lebih seperti apa yang dikatakan mas Windu Jusuf lewat artikel review Dilan 1990 di Tirto ("Dilan 1990 adalah Film Horror"). Dan apa yang dilakukan Dilan sebenarnya cukup creepy: menemani Milea naik angkot (alasannya takut ada yang ngegangguin Milea, padahal Dilan sendiri mungkin yang mengganggu!), bisa tau alamat rumah Milea dan no telponnya, menelpon Milea di saat yang hampir selalu tepat seakan-akan Dilan meneropong setiap kegiatan Milea, "ngeramal-ngeramal" kepedean, dan puncak terseram: bagaimana Dilan menatap tajam penuh maksud ke Milea setiap kali keduanya berpapasan di sekolah dari jarak jauh (termasuk saat upacara bendera). OMFG, that's so creepy. Kalo ada cowok yang menatap tajam penuh percaya diri kepada saya dari jarak jauh, besar kemungkinan saya akan mengira dia predator seksual.
Tapi untungnya, dalam hal ini Milea punya ketertarikan khusus kepada Dilan, sehingga yang creepy-creepy itu jadi terasa romantis. Dan Dilan diperankan oleh Iqbaal, yang imut nan manis, sehingga cewek-cewek penonton Dilan 1990 akan merasa filmnya romantis alih-alih horror. Dilan jadi kelihatan sebagai cowok bengal yang so sweet ketimbang cowok freak yang aneh.
Dan karena Milea tertarik dengan Dilan, maka segala pendekatan Dilan yang "memaksa" masuk terus mendekati Milea jadi tidak terasa mengganggu. Biarpun awalnya Milea merasa aneh, tapi lama-lama Milea jadi suka juga dengan cara Dilan mendekatinya. Anyway, pendekatan Dilan kepada Milea adalah strategi yang juga biasa diterapkan lelaki dan perempuan saat proses pedekate: sang cowok dengan gigih berjuang mendapatkan cinta sang perempuan ("demi dirimu samudra kan kuseberangi!"), dan sang perempuan yang "malu-malu tapi mau".
Emang sih, sebagai perempuan saya merasa tersanjung gitu kalo ada cowok yang mendekati saya dengan pantang-menyerah. Seakan-akan saya layak banget gitu lho diperjuangin. Dan biasanya saya akan pasang strategi jual-mahal terlebih dahulu biar keliatannya saya ga murahan dan dikatain ga agresif. Tapi strategi ini terkadang bisa jadi boomerang bagi lelaki dan perempuan (dan strategi ini sangat wasting time kalo kita sudah berumur!).
Lelaki, akan merasa bahwa ia butuh untuk terus berjuang mendekati perempuan. Memaksa mendekati perempuan yang ia sukai, tanpa consent sang perempuan. Jika awalnya perempuan menolak, maka lelaki akan membacanya sebagai "strategi jual mahal atau malu-malu tapi mau" sang perempuan, atau berpikiran "lama-lama si cewek pasti akan luluh juga". Sementara perempuan, karena terbiasa untuk pasang strategi jual-mahal, akan menimbulkan sinyal-sinyal kurang jelas yang bisa jadi akan salah dibaca oleh sang pria. Jika perempuan sedikit terbuka, ia akan dicap "murahan" dan "mudah didapatkan" (bisa jadi sang cowok akan cepat ilfil dengan tipe perempuan seperti ini), dan jika menolak dengan tegas dan jahat, ia akan dicap sombong dan sok laris. Lelaki secara tidak langsung "diajarkan" untuk "pepet terus sampai dapet", sementara perempuan diajarkan untuk "malu-malu". Maka, keduanya akan serba salah.
Lalu bayangkan jika Dilan bukan tipe cowok yang disukai Milea, maka nggak cuma creepy, apa yang Dilan lakukan itu sudah sangat mengusik dan mengganggu privasi Milea. Jika Kang Adi dan Nandar melakukan hal yang sama, besar kemungkinan Milea akan merasa terganggu.
....
Hmmm... Did I took this movie seriously?
Oh yes I did!
HAHA.
Sebenarnya saya ingin bikin review film ini saja sebelumnya, tapi saya urungkan karena dua alasan. Pertama, mereview ini akan sangat terlambat sekali. Kedua, review saya akan full-of-nyinyir yang mungkin akan menimbulkan kontroversi dari penggemar Dilan (dan Iqbaal). Maka, demikianlah tadi saya mengulas serealis mungkin bahwa romantisme Dilan dan Milea itu sesungguhnya bermasalah ~
Dilan adalah gambaran cowok sempurna yang diidam-idamkan perempuan. Malah lebih sempurna dari Rangga (Nicholas Saputra) di Ada Apa Dengan Cinta. Dilan adalah Manic Pixie Dream Boy, sementara Rangga... tidak terlalu. Rangga di film AADC menurut saya punya karakter yang lebih kompleks dan real. Ia ganteng, puitis, dan tatapan tajamnya membuat jantung kita berdebar-debar, tapi kita tahu ia sedikit kasar dan terus terang saat bicara, pendiam, dan tidak terlalu mahir bergaul. Terlepas dari kekurangannya, toh Cinta tetap jadi jatuh cinta sama Rangga.
Sementara Dilan punya karakter nyaris sempurna: ia manis, pintar memuji dengan cara yang unik, jago berkelahi, anarko (karena berani melawan penguasa, dalam hal ini gurunya sendiri, wow!), selera musik bagus (at least berdasarkan poster yang ia pasang di kamarnya, tampaknya ia mendengarkan Rolling Stones - selera yang cukup lawas untuk anak SMA di tahun 90an), berselera humor tinggi, anggota genk motor, pintar, penuh percaya diri, dari keluarga baik-baik nan harmonis (kalo Milea bener jadi dengan Dilan, Milea tidak akan punya masalah dengan mama mertuanya) dan disukai teman-temannya. Ia juga Manic Pixie Dream Boy, karena kehadirannya hanyalah untuk membahagiakan Milea: menggombalinya, menelponnya di saat yang selalu tepat, mengirim tukang pijit ke rumah Milea, rela ga berantem demi Milea, dan rela berantem demi Milea. Sungguh kehadirannya hanya menyenangkan sang protagonis. (Baca artikel saya lebih lanjut tentang Manic Pixie Dream Girl).
Namun, benarkah Dilan adalah cowok sempurna? Mari kita telaah sifat-sifatnya yang tidak terlalu terlihat di permukaan. Yang paling mencolok, di mata saya Dilan punya anger management issue. Oke awalnya keren sih, karna kelihatannya dia berani melawan kepada yang jahat-jahat: Anhar (cowok bandel yang ga sengaja menampar Milea) atau gurunya - Bapak Suripto - yang menampar Dilan. Tapi, di sisi lain Dilan juga berani lebih dulu untuk menantang gurunya (termasuk kepala sekolahnya?), ia anggota genk motor (jabatannya panglima tempur pula!), dan tampaknya lumayan akrab dengan kekerasan. Dan cukup menarik bahwa background keluarga Dilan tampak baik-baik saja, jadi entah apakah emotional problem-nya berasal dari ayahnya yang sosoknya tidak terlihat di film ini.
Lalu, Dilan kelihatannya cowok yang dominan dan tampak menguasai semua orang. Ia bahkan menyuruh teman sebangku Milea untuk minggir agar ia bisa duduk di sebelah Milea saat di dalam kelas, dan menyuruh teman Milea untuk bergeser dari tempat berbaris saat upacara bendera untuk bisa berdiri dekat Milea. Bagi Milea ini kelihatan romantis, tapi bagi saya aksi yang dilakukan Dilan ini nggak sopan dan semena-mena. Belum lagi ketika ia menjadikan lomba cerdas cermat sebagai panggung pertunjukan komedi kecilnya sendiri, tanpa peduli pendapat kawan satu timnya (yang mungkin mengikuti cerdas cermat dengan serius).
Menjadikan Dilan sebagai kekasih tentu saja penuh dengan resiko. Dilan adalah seorang bad boy: tak ada yang lebih hot dari melihat bad boy bertekuk lutut kepada kita, dan tak ada yang lebih romantis daripada melihat kekasih bad boy kita hanya setia kepada kita, dan rela berubah demi kita. Ini klasik sekali! Namun saya tidak yakin "bad boy" semacam ini ada beneran atau enggak. Kualitas bad boy yang jago berkelahi sekaligus romantis (atau dalam hal ini, pandai menggombali perempuan dengan kata-kata manis) adalah kualitas alpha male yang biasanya adalah pria dengan testosteron tinggi. Dan penelitian menunjukkan bahwa pria dengan testosteron tinggi cenderung lebih tidak setia daripada mereka dengan testosteron lebih rendah. Maka kualitas jago berkelahi dan romantis biasanya tidak disertai dengan kualitas monogami. Saya tidak hendak mengatakan bahwa cowok bad boy romantis yang setia itu tidak ada, tapi saya sendiri di dunia nyata sih nggak mau mengambil resiko itu. (Dan untungnya entah bagaimana saya selalu tertarik dengan cowok yang penampilannya doank bad boy tapi dalamnya seperti Ron Weasley atau Peeta Mellark... dan yaaa... saya ga pernah masuk radar perhatian cowok-cowok bad boy juga sih).
Anyway, bagi perempuan sebenarnya tidak ada yang lebih tersanjung daripada diperebutkan laki-laki. Dan menyenangkan ketika ada cowok yang rela berbuat kasar demi kita seorang. Oh, macho sekali! Tapi ketahuilah ini adalah hasrat tribal perempuan. Sungguh desir hasrat perempuan diperebutkan lelaki-lelaki bad boy serupa dengan anjing laut betina yang senang kala ada dua anjing laut jantan memperebutkannya.
2. MENCINTAI MILEA
Milea (diperankan oleh Vanesha Prescilla) adalah gadis manis dan baik hati. Bagi saya karakternya di film ini lebih satu dimensi lagi dibandingkan karakter Dilan, sehingga sebenarnya agak sulit membaca karakternya seperti apa. She's sweet little girl, people love her, and that's all.
Berikut ini saya jelaskan bahwa mencintai Milea dan mendekatinya, juga punya resiko.
Pertama, Milea cantik dan ditaksir banyak cowok (di film ini aja cowok-cowok yang naksir Milea ada empat orang). Sungguh ini persaingan yang ketat untuk memperebutkan hatinya. Cowok-cowok yang "levelnya" di bawah Milea dan cowok-cowok lain yang mendekati Milea, siap-siap saja untuk minggir daripada terlibas karena persaingan yang sengit!
Kedua, tampaknya Milea memiliki selera atau tipe cowok spesifik. Pacar Milea sebelumnya, Beni, bisa jadi kasar dan posesif... namun kalo dipikir-pikir sebenarnya sifatnya ga jauh beda sama Dilan. Mungkin, Beni bisa sekasar itu karena posisinya yang sudah jadi pacar Milea dan merasa posesif karena tahu ceweknya cakep banyak yang ngedeketin. Sementara Dilan, berhubung belum jadi pacar Milea, jadi kita belum tahu sifat-sifat jeleknya (iya lah semua kalo pas pedekate mah keliatan baik-baiknya aja!) Tapi Beni dan Dilan punya kesamaan: bad boy, kasar, dan suka puisi (biarpun Beni memplagiat puisinya Kahlil Gibran doank). Secara fisik tampaknya tipe cowok Milea juga yang agak rebel. Makanya Milea tidak tertarik dengan Nandan dan Kang Adi, yang tampaknya adalah tipe pria-pria "baik-baik" dan konservatif. Entah apakah mungkin ini ada hubungannya dengan bapak Milea yang seorang tentara?
Ketiga, sebagai perempuan cantik yang ditaksir banyak orang dan sudah punya pacar, Milea bukan cewek yang tegas. Walaupun sudah punya pacar, cowok yang mendekati Milea tetap banyak. Alasannya bisa jadi karena: satu, para cowok-cowok itu aja yang ngotot ngedeketin Milea biarpun tahu Milea sudah punya pacar, atau dua: Milea sendiri yang tidak pernah tegas memberitahukan ke semua orang kalau dia sudah punya pacar. Mungkin ini resiko cewek cantik: disukai banyak cowok jadi bingung bagaimana menolaknya. Tapi Milea buat saya sendiri "membuka peluang" kepada cowok-cowok yang mendekatinya, karena dari awal tidak tegas bilang kalau ia sudah punya pacar. Maka bayangkan jika dirimu punya cewek seperti Milea yang tidak tegas dan terbuka terhadap perhatian cowok-cowok (atau khususnya cowok-cowok yang secara spesifik tipe cowok sukaannya seperti Dilan), tidakkah dirimu akan khawatir?
3. PENDEKATAN DILAN KEPADA MILEA
Berikutnya, apakah menurutmu bagaimana Dilan mendekati Milea adalah sesuatu yang romantis? Mari saya jelaskan bahwa romantis dan creepy sebenarnya beda tipis.
Ada salah satu episode dari sitkom How I Met Your Mother yang saya cukup ingat, tentang bedanya antara romantis dan creepy. Perbedaannya tergantung siapa yang mendekati kita. Kalau kita suka orangnya, maka terasa romantis. Kalau kita tidak suka orangnya, maka akan terasa creepy.
Maka bayangkan apa yang dilakukan Dilan kepada Milea dilakukan oleh orang yang tidak kita sukai. Semuanya akan terasa horror - kurang lebih seperti apa yang dikatakan mas Windu Jusuf lewat artikel review Dilan 1990 di Tirto ("Dilan 1990 adalah Film Horror"). Dan apa yang dilakukan Dilan sebenarnya cukup creepy: menemani Milea naik angkot (alasannya takut ada yang ngegangguin Milea, padahal Dilan sendiri mungkin yang mengganggu!), bisa tau alamat rumah Milea dan no telponnya, menelpon Milea di saat yang hampir selalu tepat seakan-akan Dilan meneropong setiap kegiatan Milea, "ngeramal-ngeramal" kepedean, dan puncak terseram: bagaimana Dilan menatap tajam penuh maksud ke Milea setiap kali keduanya berpapasan di sekolah dari jarak jauh (termasuk saat upacara bendera). OMFG, that's so creepy. Kalo ada cowok yang menatap tajam penuh percaya diri kepada saya dari jarak jauh, besar kemungkinan saya akan mengira dia predator seksual.
This tatapan tajam pada upacara bendera. It's so creepy ~ |
Tapi untungnya, dalam hal ini Milea punya ketertarikan khusus kepada Dilan, sehingga yang creepy-creepy itu jadi terasa romantis. Dan Dilan diperankan oleh Iqbaal, yang imut nan manis, sehingga cewek-cewek penonton Dilan 1990 akan merasa filmnya romantis alih-alih horror. Dilan jadi kelihatan sebagai cowok bengal yang so sweet ketimbang cowok freak yang aneh.
Dan karena Milea tertarik dengan Dilan, maka segala pendekatan Dilan yang "memaksa" masuk terus mendekati Milea jadi tidak terasa mengganggu. Biarpun awalnya Milea merasa aneh, tapi lama-lama Milea jadi suka juga dengan cara Dilan mendekatinya. Anyway, pendekatan Dilan kepada Milea adalah strategi yang juga biasa diterapkan lelaki dan perempuan saat proses pedekate: sang cowok dengan gigih berjuang mendapatkan cinta sang perempuan ("demi dirimu samudra kan kuseberangi!"), dan sang perempuan yang "malu-malu tapi mau".
Emang sih, sebagai perempuan saya merasa tersanjung gitu kalo ada cowok yang mendekati saya dengan pantang-menyerah. Seakan-akan saya layak banget gitu lho diperjuangin. Dan biasanya saya akan pasang strategi jual-mahal terlebih dahulu biar keliatannya saya ga murahan dan dikatain ga agresif. Tapi strategi ini terkadang bisa jadi boomerang bagi lelaki dan perempuan (dan strategi ini sangat wasting time kalo kita sudah berumur!).
Lelaki, akan merasa bahwa ia butuh untuk terus berjuang mendekati perempuan. Memaksa mendekati perempuan yang ia sukai, tanpa consent sang perempuan. Jika awalnya perempuan menolak, maka lelaki akan membacanya sebagai "strategi jual mahal atau malu-malu tapi mau" sang perempuan, atau berpikiran "lama-lama si cewek pasti akan luluh juga". Sementara perempuan, karena terbiasa untuk pasang strategi jual-mahal, akan menimbulkan sinyal-sinyal kurang jelas yang bisa jadi akan salah dibaca oleh sang pria. Jika perempuan sedikit terbuka, ia akan dicap "murahan" dan "mudah didapatkan" (bisa jadi sang cowok akan cepat ilfil dengan tipe perempuan seperti ini), dan jika menolak dengan tegas dan jahat, ia akan dicap sombong dan sok laris. Lelaki secara tidak langsung "diajarkan" untuk "pepet terus sampai dapet", sementara perempuan diajarkan untuk "malu-malu". Maka, keduanya akan serba salah.
Lalu bayangkan jika Dilan bukan tipe cowok yang disukai Milea, maka nggak cuma creepy, apa yang Dilan lakukan itu sudah sangat mengusik dan mengganggu privasi Milea. Jika Kang Adi dan Nandar melakukan hal yang sama, besar kemungkinan Milea akan merasa terganggu.
....
Hmmm... Did I took this movie seriously?
Oh yes I did!
HAHA.
Sebenarnya saya ingin bikin review film ini saja sebelumnya, tapi saya urungkan karena dua alasan. Pertama, mereview ini akan sangat terlambat sekali. Kedua, review saya akan full-of-nyinyir yang mungkin akan menimbulkan kontroversi dari penggemar Dilan (dan Iqbaal). Maka, demikianlah tadi saya mengulas serealis mungkin bahwa romantisme Dilan dan Milea itu sesungguhnya bermasalah ~