"The permutations were endless,"
RottenTomatoes: 72%
IMDb: 7/10
NikenBicaraFilm: 4,5/5
Rated: PG-13
Genre: Drama, Mystery & Suspense, Science Fiction
Directed by Shane Carruth ; Produced by Shane Carruth ; Written by Shane Carruth ; Starring Shane Carruth, David Sullivan ; Music by Shane Carruth ; Edited by Shane Carruth ; Distributed by ThinkFilm ; Release dates October 8, 2004 ; Running time 77 minutes ; Country United States ; Language English ; Budget $7,000
Story / Cerita / Sinopsis :
Dua orang sahabat sekaligus engineer, Abe dan Aaron menemukan alat yang bisa digunakan sebagai mesin waktu untuk kembali ke masa lalu.
Review / Resensi :
Pernahkah kamu menonton sebuah film, dan setelah film selesai kamu merasa kamu tidak tahu dan tidak benar-benar paham apa yang film itu bicarakan? Jika tidak pernah ada film yang membuatmu bingung, itu artinya mungkin kamu belum pernah menonton film milik Shane Carruth. Sebelumnya saya sudah pernah menonton film Shane Carruth yang berjudul Upstream Colour (dirilis tahun 2013) yang meninggalkan saya pada kebingungan yang luar biasa. Terutama karena film itu bercerita tentang cinta dua orang pasang manusia yang tampaknya dipengaruhi nasib babi di peternakan - surely, this movie talks deeper than that, tapi tetap saja itu kesan utama yang bisa saya dapatkan dari menontonnya. Namun jika Upstream Color lebih bermakna secara simbolis dan filosofis, maka Primer - yang juga disutradarai, ditulis, diedit dan dibintangi oleh Shane Carruth dan dirilis 9 tahun sebelumnya, lebih bermain ke ranah sains-fiksi. This movie isn't mind-blowing, but more than that - it's mind-fucking.
Dalam tiga puluh menit pertama, saya tidak tahu apa yang tokoh-tokoh ini bicarakan. Abe dan Aaron, yang menjadi tokoh sentral, bersama kedua temannya tampaknya sedang melakukan penelitian untuk membuat semacam alat yang bisa dijual. Saya cuma bisa menangkap istilah ilmiah yang mereka bicarakan: palladium, diagram, argon, tubing, etc... dan tampaknya mereka sedang membuat semacam kotak yang bisa mengurangi massa, atau mengendalikan gravitasi, saya tidak tahu pasti - tanpa mereka tahu efek apa yang ditimbulkannya: sebuah alat yang bisa digunakan untuk kembali ke masa lampau. Kalau tiga puluh menit pertama ini membosankanmu (kemungkinan besar iya), kamu bisa bersabar dan mengabaikannya hingga Primer memasuki cerita yang jauh lebih menarik. Dan abaikan saja penjelasan - penjelasan ilmiah yang mereka lakukan, karena toh ini cuma rekaan Shane Carruth.
Sebelumnya, saya mau menekankan bahwa jika kamu tidak suka menonton film yang membuatmu berpikir, maka sebaiknya kamu urungkan niat untuk menontonnya. Karena selepas menonton Primer, kamu akan merasa otakmu kacau balau, seperti kamu diberikan teka-teki dan rasa penasaran dijamin menghantuimu sampai kamu menemukan jawabannya. Dan Primer bukanlah film dengan penyelesaian yang mudah di bagian endingnya, ini bukan tipikal film Hollywood - dan membuat film seperti Inception memiliki konsep cerita yang amatir. Untungnya kita hidup di jaman dimana internet telah ada, sehingga analisa lengkap mengenai cerita Primer sudah bisa kamu dapatkan dengan mudah. But guess what, I watched it twice, and reading some explanation article about this movie - and still it makes me confuse. Tapi seenggaknya saya telah mendapatkan pencerahan dari ceritanya secara garis besar, dan hanya dipusingkan oleh satu dua hal.
Kompleksitas Primer ada bagaimana memahami konsep mesin yang dikerjakan oleh Aaron dan Abe. Setelah paham, maka permasalahan kedua adalah bagaimana bisa memahami konsep "time-loop" yang ada di Primer. Lima puluh menit pertama Primer sedikit banyak lebih bisa dipahami (dengan asumsi kamu mengabaikan tetek-bengek ilmiah yang dibicarakan kedua tokoh utama), namun setelahnya - bagaimana kekacauan, paradoks dan ketidaksimetrian kemudian terjadi, maka disitulah kemudian kamu dibuat bingung. Apalagi, dengan budget yang serba terbatas dan kabarnya hampir sebagian besar aktor dan aktris di Primer adalah kerabat dan teman Shane Carruth sendiri, membuat ritme, alur dan efek film Primer juga serba terbatas. Shane Carruth sendiri juga menyajikan beberapa subplot yang sesungguhnya signifikan, tapi tidak memberikan penjelasan kepada penonton dalam durasi film yang cuma 80 menit. Membuat kita harus menganalisa dan menerka-nerka sendiri. *spoiler alert* Contohnya, seperti kenapa Thomas Granger bisa menggunakan mesin waktu, apa yang sebenarnya terjadi di pesta Robert, dan kenapa ada Aaron 3 yang menyerang Aaron 2, dimana sebelumnya Aaron 2 membius Aaron 1.
Satu hal yang jelas menjadi daya tarik dari Primer adalah Primer merupakan film mengenai "time-loop" atau dalam konteks ini "kembali ke masa lalu" namun dalam cerita yang lebih realistis. Primer lebih dominan ke arah sains, dibandingkan fiksinya. Lebih membuat kita berpikir mengenai hukum sebab-akibat serta paradoks apa yang bisa ditimbulkan jika kita kembali ke masa lalu. Tidak seperti film-film lain, sebut saja Donnie Darko, Looper, About Time, Edge of Tomorrow hingga Interstellar. Ini sangat menarik, karena membuat kita berpikir dengan sebuah cerita yang sebenarnya sangat sederhana, tidak seperti film-film lainnya yang cenderung imajinatif. Namun tentu saja, Primer bukan film yang bisa dinikmati semua orang. Film ini sangat jauh dari kesan menghibur, ceritanya tidak teralu dramatis dan membosankan, kualitas pengambilan gambarnya tidak mewah, aktingnya standar, namun ide besar dibalik semuanya itu.... luar biasa.
Overview :
If you are too lazy to think, then you shouldn't watch it. Primer adalah film yang membuat kamu harus menonton dua kali (atau lebih) untuk lebih bisa memahami maksudnya, dan saya bahkan tidak menjamin kamu bisa mengerti semuanya. It's a little bit challenging, tapi di situlah letak keseruan dan keasyikannya. Sebuah film yang akan mengajakmu berpikir untuk memecahkan teka-tekinya, dan hingga pantas kemudian menyandang status cult. Primer adalah film yang sederhana, terbatas oleh dana yang ada (cuma $7000, bayangkan!), namun merupakan pembuktian bahwa yang mahal dari sebuah film ada ide ceritanya.